KARAKTER SEBUAH PROSES DIALOGIS

Dunia ini panggung sandiwara, demikian sepenggel sebuah lagu yang judulnya saya sendiri tidak begitu tahu, namun maknanya dalam. Sebagai panggung maka di dunia ini ada banyak karakter manusia, kalau dalam budaya Cina ada keseimbangan yin dan yang, didunia barat ada bad dan good sedangkan tata nilai di dalam budaya kita pun mengenal adanya baik dan buruk. Keduanya sangat relatif penilaiannya, dalam sebuah kelompok atau komunitas tertentu. Sebagai contoh dalam sebuah kelompok kyai diantara mereka ada sebuah penilaian baik terhadap anggota kelompoknya bahkan tak luput pula ada cap jelek pada salah satu anggotanya yang mungkin mempunyai pandangan yang berbeda dari mereka, namun kebanyakan masyarakat melihat bahwa sosok kyai punya sisi yang positif dan menjadi panutan. Sebaliknya pada sebuah kelompok penjahat ada yang memandang baik pada anggotanya yang mempunyai rasa humanis yang berbeda derajatnya dari seluruh anggota kelompoknya sehingga dapat disebut baik dalam kelompoknya namun tetap saja konotasi kebanyakan orang memandang buruk pada penjahat.

Ini semua menggambarkan bahwa baik dan buruk adalah sebuah penilaian sedangkan penilaian sendiri mempunyai nilai yang relatif dan sangat dipengaruhi dari sudut mana memandangnya. Tidak akan dapat dibuat sebuah penyeragaman ketika melakukan penilaian, karena masing-masing individu mempunyai kriteria sendiri-sendiri dalam melakukan sebuah penghakiman pada sesuatu, bukankah manusia mempuyai peran subyek yang sangat subyektif. Secara umum mungkin akan sangat bernilai humanis ketika telah memenuhi rasa kemanusiaan yang diyakini kebenarannya secara umum, jadi kyai adalah sosok baik dan penjahat adalah sosok yang punya konotasi negatif, terlepas bagaimana anggota masing-masing kelompok tersebut bersikap terhadap kelompoknya.

Budaya yang mempunyai seluruh aspek kehidupan mempunyai bagian dimana unsur ini adalah rasa yang mempunyai fungsi untuk melihat sesuatu itu memiliki nilai. Nilai inilah yang nanti akan membuat sebuah kristalisasi pemahaman terhadap sesuatu yang akan dapat menjadikan kesamaan dalam melihat sesuatu. Sayangnya manusia adalah roh yang membadan, ia punya cipta, rasa dan karsa, sehingga perlu pemahaman yang lebih agar seorang manusia dapat diterima dalam kelompoknya.

Karakter sebagai cermin adaya ketiga unsur, yaitu karsa, rasa dan cipta itu bukan dalam waktu singkat dibentuk. Membutuhkan waktu yang panjang guna membentuk sebuah karakter, sedangkan karakter ini tergantung pada perjalanan hidup manusia itu sendiri yang kemudian akan terkristal dalam dirinya sehingga pengaktualisasiannya pada sikap dan perbuatan. Masing-masing orang mempunyai proses perjalanan pembentukan karakternya sendiri. Masyarakat sebagai sisi sosial merupakan sumber komunikasi tata nilai antara seorang individu dengan orang lain. Ada pengaruh sosial dalam membentuk sebuah karakter individu. Tanah tempat jatuhnya sebuah biji tentu akan mempengaruhi bagaimana tanaman itu akan tumbuh. Demikian pula sosok individu akan terpengaruhi oleh masyarakat tempat mereka tumbuh.

Masa yang paling kritis adalah ketika manusia itu tumbuh pada waktu remaja, pada masa-masa inilah pembentukan individu dimulai karena adanya masa transisi antara masa anak-anak menuju dewasa. Ada sebagian yang membawa trauma psikologis pada masa anak-anak sehingga ketika mencari jati dirinya harus tumbuh dengan sebuah luka yang terkadang luka itu membawa sebuah trauma yang dalam sehingga ketika melewati masa-masa ini ada rasa dendam dengan konotasi yang negatif sehingga memunculkan pola-pola perkembangan individu yang abnormal, dimana abnormal disini mempunyai sebuah pengertian yang berbeda dengan kebanyakan.

Pada sisi lain dengan bekal trauma pada masa lalu itu ada sebagian individu yang lain mampu melakukan sebuah evaluasi dan menumbuhkan karakter baru dengan pensikapan yang berbeda sehingga dapat dengan benar mengaktualisasikan dirinya. Pada taraf perkembangannya terpelihara nilai-nilai positif yang berbeda dengan kondisi yang menimpanya, namun yang mampu seperti ini tidaklah banyak. Bukankah sebuah biji tidak akan jatuh jauh dari pohon induknya?

Pada akhirnya ada sisi yang dapat kita petik sebuah hubungan antara proses pembentukan karakter individu dengan peran masyarakat. Masyarakat dengan sebuah lingkungan yang apatis dan cuek tentu akan menghasilkan sosok individu yangberbeda dengan sosok individu yang terbentuk oleh masyarakat yang lebih ramah dan sangat menjunjung tinggi kebersamaan dengan rasa persaudaraan yang tinggi. Bahwa sebuah seorang individu yang imanen maka menjadi sebuah perbedaan dalam menuju kedewasaannya dan faktor-faktor yang bergejolak dalam masyarakat mampu dikelola sehingga membuat pembentukan karakter yang berbeda.

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar