PENILAIAN

MANUSIA SEBAGAI SEBUAH KESATUAN YANG HOLISTIK

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dimana ia harus mendudukkan posisinya ini. Secara vertikal jelas ia akan mempertangguangjawabkan seluruh perbuatannya pada Sang Penciptanya di hari perhitungan nanti, secara horisontal manusia harus mampu menyeleralaskan dirinya dengan semesta. Bagaimana halya itu semua dapat terjadi, tentu saja bukan hal yang dapat dengan mudah dilakukan begitu saja, namun perlu proses. Bukankan menuju kearah dewasa itu seorang anak harus mau belajar tentang kehidupan itu sendiri.

Manusia, menyebutkan kata ini maka tidaklah akan tuntas membahas pribadi manusia itu sendiri. Tiga ranah (cipta, rasa, dan karsa) merupakan misteri tersendiri. Individu yang imanen tentu mempunyai hasrat yang selalu bergejolak dan hanya sosok pribadinyalah yang mampu mengontrol. Lingkungan mungkin akan mempengaruhi namun dominasi pribadi merupakan filter penentu untuk dirinya sendiri. Proses merupakan langkah pencarian jati diri seorang manusia. Manusia merupakan roh yang membadan, sukar rasanya untuk dapat mengetahui pribadi seorang manusia. Kita setuju bahwa saya dan Anda berbeda, imlempetasi dari rasa, cipta serta karsa kita berbeda. Penilaian antara anda dan saya terhadap sebuah objek akan berbeda, tak heran jika ada ungkapan “dalamnya laut dapat diukur namun dalamnya hati siapa sangka”.

Melakukan penilaian bukanlah pekerjaan gampang, perlu menimbang, mengingat baru kemudian memutuskan. Memberikan atribut pada seseorang apalagi sifatnya yang kuantitatif berarti memberi angka-angka. Padahal manusia dinilai jauh lebih obyektif jika kualitatif sifatnya. Kadangkala pemberian atribut ini menjebak saat menentukan penilaian, pemberian angka 8 misalnya, belum tentu merepresentasikan sosok manusia sebagai mana dimaksud, kadang hal ini hanya dapat mewakili salah satu sisi saja, pada sisi lain dari sudut pandang yang berbeda akan nampak lain hasilnya. Nampak jelas belum tentu seperti itulah kelihatannya namun yang datangnya jauh dari dalam kadang terabaikan. Penialaian jauh mendorong kita untuk mematrialkan seorang individu dari pada pemberian penghargaan.

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar